HALILINTARNEWS.id, BANTAENG – Sejak beroperasi Perusahaan PT Huadi Nickel Alloy Indonesia warga Bantaeng dari berbagai aktivis LSM menuai sorotan anggaran CSR Perusahaan tersebut di pertanyakan raib kemana???
Hal ini bukan rahasia lagi bahkan sudah beberapa kali warga melakukan Demonstrasi di depan kantor DPRD namun hingga saat ini tak kunjung ada titik terang.
Ketika kita bicara soal manejemen perusahaan PT. Huadi. Maka sangatlah seksi untuk didiskusikan dari berbagai aspek, mungkin dari persyaratan membangun smelter, dampak lingkungan, target produksi dan Dana Corporate Social Responsibility (CSR). Kata Warga.
Yang mana selama ini, pihak direksi dinilai tidak pernah transparan terkait jumlah besaran CSR yang di keluarkan oleh Perusahaan dan seperti apa peruntukannya ke masyarakat. Baik itu dana CSR yang diberikan PT. Huadi ke pemerintah untuk dikelolah ataupun yang dikelolah oleh pihak perusahaan sendiri, tidak transparan seperti apa penggunaan dan pertanggung jawabannya.
Salah seorang warga Bantaeng Dirfan Susanto kepada media halilintarnews.id, mengatakan hal ini dikhawatirkan jangan sampai dana CSR itu, dipergunakan untuk kepentingan para penumpang gelap yang kerap mengatasnamakan pemerintah dan PT. Huadi untuk kepentingan Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) dan Pilcaleg atau pun demi kepentingan perut buncit sipenumpang gelap dimaksud, ungkap Dirfan Susanto.
“Pemberian dana CSR tersebut, harus dilakukan, bisa ditujukan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan, fasilitas umum dan keamanan bukan untuk kepentingan Pilkada dan Pilcaleg “. Imbuhnya.
Kemudian poin pentingnya, adalah apalah pihak direksi PT. Huadi berani jujur dan terbuka ke publik terkait berapa jumlah / target produksi atau keuntungan hasil penjualannya per tahun dan kemudian berapa kewajiban CSR nya yang harus di keluarkan oleh mereka.? tanya Dirfan.
Karena selama ini, sejak Perusahaan PT. Huadi berdiri hingga produksi memang persoalan CSR tidak pernah di bahas secara tuntas, sebab pihak perusahaan menyembunyikan berapa nilai hasil produksi / keuntungan hasil penjualannya.
Artinya selama ini kita digiring pada issu separuh dewa, ya tidak ada issu yang di diskusikan di ruang publik kemudian menjadi tuntas dan menuai titik kesepakatan yang terang benderang.
Maka dari itu, kita semua berharap semoga PT. Huadi dan para penumpang gelapnya bisa kembali sadar dan terbuka kepada publik. Terkait kewajiban CSR nya, sebelum aroma busuk ini di bongkar oleh Kebenaran Allah, SWT. (Supriadi Sanusi)