16 Ormas Gabungan dan NGO Bentuk Tim Ground Chek Jebolnya Cekdam Balang Sikuyu Bantaeng


HALILINTARNERWS.id, BANTAENG — Cekdam Balang sikuyu yang diduga menjadi penyebab banjir pada pada 12 Juni 2020 di kota Bantaeng. Menginisiasi 16 gabungan ormas dan NGO dalam solidaritas Indonesia Bangkit membentuk tim untuk melakukan ground check dan mengoperasikan pesawat tanpa awak (drone) pada tanggal 13 dan 15 Juni 2019. Ground check dan pengambilan gambar dari udara ini bertujuan merekam jejak arus sungai dari Cekdam Balang Sikuyu yang melewati persawahan hingga ke hilir di wilayah pemukiman Kota Bantaeng.

Sesuai pengamatan Tim relawan Indonesia Bangkit, Cekdam Balang sikuyu yang dibangun tahun 2009 sebagai upaya pencegah banjir, kehilangan fungsi sebagai pengendali pembuangan air ke sungai Allu akibat jebolnya tanggul sisi kanan (barat) sepanjang kurang lebih 15 meter. Hal ini membuat luapan dan arus air sungai dari cekdam meningkat sehingga menyebabkan kerusakan parah pada lahan persawahan sekitar sungai.

Menurut Kordinator Relawan Solidaritas Indonesia Bangkit Ahmad Pasallo mengatakan, selain merusak lahan sekitar sungai, luapan air juga merendam persawahan di sisi kiri dan kanan sungai, ungkap Ahmad Pasallo.

Ia menjelaskan, terjangan arus kuat dan luapan air akibat sungai dari cekdam balang sikuyu yang mengalir 5.2 kilo meter menuju laut, membawa material lumpur yang berasal dari hulu sekitar persawahan Desa Bonto Bulaeng dan Desa Bonto Maccini Kecamatan Sinoa yang juga sementara proses penggarapan, jelas Ahmad Pasallo.

Volume lumpur semakin bertambah dari persawahan Kelurahan Bonto Rita Kecamatan Bissappu dan Kelurahan Karatuang dan Kelurahan Pallantikang Kecamatan Bantaeng yang sebahagian dalam proses penggarapan dan sebahagian lainnya telah ditanami padi.

Di wilayah perkotaan, arus kuat sungai yang membawa material lumpur mula-mula menerjang pemukiman di jalan Elang baru dan Garegea. Sungai kemudian membelok ke arah barat dan bertemu dengan sungai dari arah tala-tala yang membuat luapan air membesar di sekitar Garegea, Kayangan dan Lorong sunyi. Arus sungai kemudian menuju jalan Bakri pasar sentral, di mana di pasar sentral di depan swalayan bertemu dengan sungai dari pattonga Kelurahan Bonto tiro Kecamatan Sinoa.

Arus sungai makin menguat hingga mengakibatkan jebolnya tanggul sisi barat sungai yang membuat luapan sungai makin tinggi di sekitar pasar sentral Bantaeng.
Sehari sehabis banjir di pemukiman perkotaan Bantaeng lumpur terlihat memenuhi sejumlah ruas jalan dan rumah warga setinggi 5-20cm. Katanya.

Bacaan Lainnya

Penulis : Supriadi Awing
Editor    : Mariyani,SE
halilintarnews.id. 2020

KORAN EDISI KE-36 | JANUARI 2025 – Flip the Page to Read !!!
PT. Halilintar News Group

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *